Senin, 26 Desember 2011

Kuis Natal Berhadiah Mobil BMW

Kuis Natal Berhadiah Mobil BMW, Mustahil Kristen Bisa Menjawab!!

By: Wencelclaus Insan LS Mokoginta

Pengantar redaksi:
Menyambut Natal, Pendeta Muhammad Nurdin menulis buku "Selamat Natal Menurut Al Qur’an." Pada halaman 11-12, Gembala Gereja Kristen Maranatha ini  menuduh Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam pernah beragama Kristen dan merayakan Natal bersama dan mengucapkan Selamat Natal Qurani. Untuk menanggapi hujatan pendeta ini, kami tampilkan artikel Natal tulisan H Insan LS Mokoginta (Wencelclaus), muallaf mantan Katolik. Semoga tulisan ini bisa meredam hujatan Pendeta Nurdin.

MANA dalilnya dalam Alkitab yang menyatakan Yesus lahir pada tanggal 25 Desember dan perintah untuk merayakan Natal? Jika ada umat Kristiani atau siapapun yang bisa menunjukkan dalilnya dalam Alkitab (Bibel) bahwa Yesus lahir pada tanggal 25 Desember, kami sediakan hadiah sebuah mobil BMW baru untuk satu pertanyaan ini.
Natal atau Christmas diartikan sebagai hari kelahiran Yesus, yang dirayakan oleh hampir semua orang Kristen di dunia, sebenarnya berasal dari ajaran Gereja Katolik Roma. Sesungguhnya ajaran tersebut tidak terdapat dalam Alkitab dan Yesus pun tidak pernah memerintahkan kepada murid-muridnya untuk menyelenggarakan atau merayakannya.

Perayaan yang masuk ke dalam ajaran Gereja Katolik Roma pada abad keempat ini, berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Perayaan Natal yang diselenggarakan di seluruh dunia ini samasekali tidak mempunyai dasar atau dalil yang tertulis di dalam Alkitab (Bibel).

Natal berasal dari kepercayaan penyembah berhala yang dianut oleh masyarakat Babilonia kuno di bawah raja Nimrod (cucunya Ham, anak nabi Nuh). Nimrod inilah orang pertama yang mendirikan menara Babel, membangun kota Babilonia, Niniweah dll, serta kerajaan di dunia dengan sistem kehidupan, ekonomi dan dasar-dasar pemerintahan. Nimrod ini adalah seorang pembangkang Tuhan. Jumlah kejahatannya amat banyak, di antaranya dia mengawini ibu kandung-nya sendiri Semiramis.
....Natal berasal dari kepercayaan penyembah berhala yang dianut oleh masyarakat Babilonia kuno di bawah raja Nimrod....
Setelah Nimrod mati, ibunya yang merangkap istrinya menyebarkan ajaran Nimrod bahwa roh Nimrod tetap hidup selamanya walaupun jasadnya telah mati. Adanya pohon Evergreen yang tumbuh di atas sebatang pohon kayu yang telah mati, ditafsirkan oleh Semiramis sebagai bukti kehidupan baru bagi Nimrod. Untuk mengenang hari kelahiran Nimrod setiap tanggal 25 Desember, Semiramis menggantungkan bingkisan pada ranting-ranting pohon itu sebagai peringatan hari kelahiran Nimrod. Inilah asal usul Pohon Natal.

Melalui pemujaan kepada Nimrod, akhirnya Nimrod dianggap sebagai “Anak Suci dari Surga’. Dari perjalanan sejarah dan pergantian generasi ke generasi dari masa-ke masa dan dari satu bangsa ke bangsa lainnya,  akhirnya penyembahan terhadap berhala Babilonia ini, berubah menjadi  Mesias Palsu, yaitu berupa Dewa Baal, anak Dewa Matahari. Kepercayaan orang-orang Babilonia yang menyembah kepada “Ibu dan anak” (Semiramis dan Nimrod yang lahir kembali), menyebar luas dari Babilonia ke berbagai bangsa di dunia dengan cara dan bentuk berbeda-beda, sesuai dengan bahasa di negara-negara tsb Di Mesir dewa-dewi tersebut bernama Isis dan Osiris. Di Asia bernama Cybele & Deoius. Di Roma bernama Fortuna & Yupiter, juga di negara-negara lain seperti di China, Jepang, Tibet bisa ditemukan adat pemujaan terhadap dewi Madona, jauh sebelum Yesus lahir

Pada abad ke 4 dan ke 5 Masehi, ketika dunia pagan Romawi menerima agama baru yang disebut “Kristen”, mereka telah mempunyai kepercayaan dan kebiasaan pemujaan terhadap dewi Madonna jauh sebelum Kristen lahir.

Natal adalah acara ritual yang berasal dari Babilonia kuno yang saat itu puluhan abad yang lalu, belum mengenal agama yang benar, dan akhirnya terwariskan sampai sekarang ini.  Di Mesir, jauh sebelum Yesus dilahirkan, setiap tahun mereka merayakan hari kelahiran anak Dewi Isis (Dewi langit) yang mereka percaya lahir pada tanggal 25 Desember.

Para murid Yesus dan orang-orang Kristen yang hidup pada abad pertama, tidak pernah sekalipun mereka merayakan Natal sebagai hari kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember.
....Dalam Alkitab (Bible), tidak ditemukan satu ayat pun yang memuat perintah Tuhan, Allah maupun Yesus yang memerintahkan  untuk merayakan Natal....
Dalam Alkitab (Bible), tidak ditemukan satu ayat pun yang memuat perintah Tuhan, Allah maupun Yesus yang memerintahkan  untuk merayakan Natal. Sebab perayaan setiap tanggal 25 Desember,adalah perayaan agama Pagan (penyembah berhala) yang dilestarikan oleh umat Kristiani.

Upacara Natal adalah berasal dari ajaran Semiramis istri Nimrod, yang kemudian dilestarikan oleh para penyembah berhala secara turun temurun hingga sekarang ini dengan wajah baru yang disebut Kristen.

Berdasarkan penjelasan sejarah Natal tersebut, maka jelaslah bahwa Natal sama sekali bukan ajaran Yesus. Seumur hidupnya Yesus tidak pernah sekalipun menyuruh merayakan Natal bagi dirinya. Merayakan dirinya sebagai seorang Nabi atau Rasul saja beliau tidak pernah ajarkan, apalagi menyuruh merayakan kelahirannya sebagai Tuhan!!

Tidak ada satu dalil pun dalam Alkitab menyatakan Yesus lahir tanggal 25 Desember. Pendeta, Pastur bahkan Paus di Roma-pun mengakui bahwa Natal bukan ajaran gereja.
Oleh sebab itu jika ada umat Kristiani atau siapapun yang bisa menunjukkan dalilnya dalam Alkitab Yesus lahir pada tanggal 25 Desember, kami sediakan hadiah sebuah mobil BMW baru untuk satu pertanyaan ini.

Apakah Natal memuliakan Yesus

Apakah Natal yang dirayakan orang itu memuliakan Yesus? Biarlah Alkitab sendiri yang menjawabnya. Inilah jawaban Alkitab:

“Maka hati-hatilah, supaya jangan engkau kena jerat dan mengikuti mereka, setelah mereka dipunahkan dari hadapanmu, dan supaya jangan engkau menanya-nanya tentang allah mereka dengan berkata: Bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah kepada allah mereka? Aku pun mau berlaku begitu. Jangan engkau berbuat seperti itu terhadap Tuhan, Allahmu; sebab segala yang menjadi kekejian bagi Tuhan, apa yang dibenci-Nya, itulah yang dilakukan mereka bagi allah mereka; bahkan anak-anaknya lelaki dan anak-anaknya perempuan dibakar mereka dengan api bagi allah mereka. Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu lakukan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya” (Ulangan 12 : 30-32).
..Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia...
“Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia” (Matius 19 : 8-9).

“Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia” (Markus 7:7-8).

Merayakan Natal berarti melestarikan kebohongan  dan pemborosan

Menjelang Natal akan bermunculan berbagai iklan di mall-mall, toko-toko, koran, majalah dan lain sebagainya. Jutaan dollar dan miliaran rupiah dihamburkan untuk promosi berbagai barang dagangan demi keperluan Natalan. Semuanya dikemas sedemikian rupa sehingga tampak seperti “Malaikat Pembawa Terang”, padahal tanpa mereka sadari ajaran Yesus mereka telantarkan, karena yang mereka rayakan adalah tradisi ajaran agama kafir kuno, bukan perintah Tuhan ataupun Yesus.

“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

“Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia” (Markus 7:7-8).

“Melihat itu murid-murid gusar dan berkata: “Untuk apa pemborosan ini? Sebab minyak itu dapat dijual dengan mahal dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin” (Matius 26:8-9). [taz/voa-islam.com]

Yusuf Qardhawi yang Bolehkan Ucapan Selamat Natal

Bantahan terhadap Fatwa Qardhawi yang Bolehkan Ucapan Selamat Natal

Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi berfatwa membolehkan ucapan selamat hari raya agama non Islam, apabila orang-orang Nasrani atau non muslim lainnya adalah orang-orang yang cinta damai terhadap kaum muslimin, terlebih lagi apabila ada hubungan khusus seperti: kerabat, tetangga rumah, teman kuliah, teman kerja dan lainnya. Hal ini termasuk di dalam berbuat kebajikan yang tidak dilarang Allah SWT namun dicintai-Nya sebagaimana Dia SWT mencintai berbuat adil.
Artikel ini adalah bantahan dari Ustadz Abu Muhammad Jibriel Abdurrahman, pimpinan Majelis Ilmu Ar-Royyan, yang kami sadur dari website abujibriel.com:

SETIAP akhir tahun Masehi, isu natalan dan hukum mengucapkan selamat hari natal dan tahun baru kepada kaum Nasrani senantiasa muncul. Pertanyaan yang dimunculkan tidak jauh berbeda, dan berkisar seputar dua pertanyaan berikut.\
 
Pertanyaan pertama, Bagaimana hukumnya dalam Islam mengucapkan selamat natal. Apakah haram hukumnya? Bagaimana bila alasannya ingin menjaga hubungan baik dengan teman-teman ataupun relasi?

Pertanyaan kedua, Bagaimana hukumnya seorang pegawai supermarket yang diminta atasan untuk mengenakan topi Sinterklas dalam rangka memeriahkan natal.

JAWABAN:

Sebelum menjawab pertanyaan di atas mari kita mengenali Isa Al-Masih ’Alaihi Salam terlebih dahulu berdasarkan Al-Qur’anul Karim, agar kita mampu memposisikan beliau sebagai hamba Allah yang terpuji dan terpilih, bukan sebagai salah seorang Tuhan dari berbagai macam tuhan yang disembah:

1. Al-Masih Isa Ibnu Maryam adalah makhluk Allah SWT.

Allah berfirman dalam surat Ali Imran: “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), Maka jadilah Dia (apa yang telah Kami ceritakan itu), Itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu Termasuk orang-orang yang ragu-ragu.” (Qs Ali Imran 59-60)

2. Al-Masih adalah seorang Rasul dan ibunya adalah seorang yang benar.

“Al-masih putra Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang Sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, Kedua-duanya biasa memakan makanan[1]. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).” (Qs Al-Ma’idah 75).

3. Nabi Isa tidak mengajarkan Allah mempunyai anak.

Allah SWT berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putra Maryam, Adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?”. Isa menjawab: “Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). jika aku pernah mengatakan Maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang ghaib-ghaib”. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya Yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan Aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu” (Qs Al-Ma’idah 116-117)

4. Orang yang mengatakan Allah punya anak adalah Kafir.

Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al-masih putra Maryam”, Padahal Al-masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya?. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs Al-Ma’idah 72-74).

5. Langit, bumi dan gunung murka karena Yahudi dan Nashara berkata Allah punya Anak.

Allah SWT berfirman: “Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putra Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-masih itu putra Allah”. Demikianlah itu Ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru Perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al-masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (Qs At Taubah 30-31).

“Dan mereka berkata: “Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak”. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena Ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menda’wakan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.” (Qs Maryam 88-93)

6. Isa Al-Masih sejak dalam buaian mengatakan dirinya hamba Allah sampai beliau wafat.

“Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. mereka berkata: “Bagaimana Kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam buayan?” Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan Perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha suci Dia. apabila Dia telah menetapkan sesuatu, Maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, Maka jadilah ia. Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, Maka sembahIah Dia oleh kamu sekalian. ini adalah jalan yang lurus.” (Qs Maryam 30-36).

Berdasarkan ayat-ayat di atas, sebagai seorang Muslim/Muslimah tidak selayaknya mengikuti budaya orang-orang kafir dari ahli kitab dan kaum musyrikin yang mendakwa Allah mempunyai anak. Itu adalah perbuatan kafir dan syirik, yang menyebabkan seseorang dijerumuskan ke dalam neraka Jahanam. Demikian pula mengucapkan selamat hari natal kepada mereka yang meyakini Isa Al-Masih sebagai  anak Allah atau salah satu tuhan dari tiga tuhan (Allah bapa, Bunda Maria dan Yesus Kristus), menunjukkan keridhaan kepada mereka dan merupakan perbuatan yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya, dan perbuatan itu akan menjerumuskan ke neraka karena mereka  menolak beriman kepada Rasulullah Saw. Imam Muslim meriwayatkan hadits yang bersumber dari Abu Hurairah Ra. ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tiada seorang pun di kalangan ummat ini yang mendengar (ajaran)ku baik dari golongan Yahudi maupun Nashrani kemudian ia mati sementara ia tidak beriman dengan risalah yang aku bawa (Islam) kecuali ia akan mati menjadi penghuni neraka.” (HR Muslim, no.153) Imam Al-Qurthuby, Al-Jaami’ li ahkaamil Qur’an, 3/18.

PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL

Setidaknya ada dua pendapat yang muncul di dalam memposisikan halal haramnya mengucapkan Selamat Natal dan Tahun baru oleh kaum Muslimin. Kelompok Pertama mengaitkannya sebagai bagian dari aqidah atau dengan ungkapan lain masuk di dalam wilayah aqidah namun ia memiliki hukum fiqih yang bersandar kepada pemahaman yang mendalam, penelaahan yang rinci terhadap berbagai nash-nash syar’iy. Dan kelompok kedua tidak mengaitkannya dengan aqidah, tetapi masuk di dalam wilayah fiqhiyyah.
Berikut adalah penjelasan masing-masing kelompok:

Kelompok Pertama ialah Pendapat Imam Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim dan para pengikutnya seperti Syaikh Ibn Baaz, Syeikh Ibnu Utsaimin-semoga Allah merahmati mereka-serta yang lainnya seperti Syeikh Ibrahim bin Muhammad Al-Huqoil berpendapat bahwa mengucapkan selamat Hari Natal hukumnya adalah haram karena perayaan ini adalah bagian dari syiar-syiar agama mereka. Allah tidak meridhai adanya kekufuran terhadap hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya di dalam pengucapan selamat kepada mereka adalah tasyabbuh (menyerupai) dengan mereka dan ini diharamkan.

Di antara bentuk-bentuk tasyabbuh adalah:
a. Ikut serta di dalam hari raya tersebut.
b. Mentransfer perayaan-perayaan mereka ke negeri-negeri islam.

Mereka juga berpendapat wajib menjauhi berbagai perayaan orang-orang kafir, menjauhi dari sikap menyerupai perbuatan-perbuatan mereka, menjauhi berbagai sarana yang digunakan untuk menghadiri perayaan tersebut, tidak menolong seorang muslim di dalam menyerupai perayaan hari raya mereka, tidak mengucapkan selamat atas hari raya mereka serta menjauhi penggunaan berbagai nama dan istilah khusus di dalam ibadah mereka.

Maka memberi ucapan selamat Natal baik dengan lisan, telepon, sms, email ataupun pengiriman kartu berarti sudah memberikan pengakuan terhadap agama mereka dan rela dengan prinsip-prinsip agama mereka. Hal ini dilarang oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

“Jika kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.” (Qs Az Zumar 7)
Jadi pemberian ucapan Selamat Hari Natal kepada orang-orang Nasrani baik ia adalah kerabat, teman dekat, tetangga, teman kantor, teman sekolah dan lainnya adalah haram hukumnya, sebagaimana pendapat kelompok pertama (Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim, Ibn Baaz dan lainnya).

Kelompok Kedua ialah Pendapat ulama kontemporer (ulama Moderat)

Di antaranya Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi yang berpendapat bahwa perubahan kondisi globallah yang menjadikanku berbeda dengan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam mengharamkan pengucapan selamat hari-hari Agama orang-orang Nasrani atau yang lainnya. Aku (Yusuf Al-Qaradhawi) membolehkan pengucapan itu apabila mereka (orang-orang Nasrani atau non muslim lainnya) adalah orang-orang yang cinta damai terhadap kaum muslimin, terlebih lagi apabila ada hubungan khusus antara dirinya (non muslim) dengan seorang muslim, seperti: kerabat, tetangga rumah, teman kuliah, teman kerja dan lainnya. Hal ini termasuk di dalam berbuat kebajikan yang tidak dilarang Allah SWT namun dicintai-Nya sebagaimana Dia SWT mencintai berbuat adil. Firman Allah SWT:

“…Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.” (Qs Al-Mumtahanah 8 )
Terlebih lagi jika mereka mengucapkan selamat Hari Raya kepada kaum muslimin. Firman Allah SWT:

“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.” (Qs An Nisa’ 86)

Itulah perbedaan pandangan antara Dr Yusuf Al-Qardhawi dengan gurunya Imam Ibnu Taimiyah dan Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, karena beliau lebih mendahulukan logika dengan wahyu.

BANTAHAN TERHADAP PENDAPAT  DR YUSUF  AL-QARDHAWI

Tidak lama setelah Dr Yusuf Al-Qaradhwi membuat fatwa tentang halalnya mengucapkan selamat Natal, tampillah seorang syaikh  bernama: As Syaikh Abdullah bin Umar Al-Adni menjawab secara panjang lebar fatwa sesat itu di dalam:  http://www.olamayemen.com/show_art4.html
Inilah ucapan beliau setelah membuka jawaban beliau dengan tahmid dan bacaan shalawat.

Para ulamalah yang mengingkari penyelewengan makna Al-Qur’an yang dilakukan oleh orang-orang yang berlebih-lebihan dan pemalsuan yang dibuat oleh para pembela kebatilan. Semoga Allah menyanjung dan memberi keselamatan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan seluruh para sahabatnya. Beliau adalah sebaik-baik orang yang mengajak kepada hidayah dan membantah kebatilan yang hina. Beliaulah yang mengatakan:

يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله ينفون عنه تحريف الغالين وانتحال المبطلين وتأويل الجاهلين
“Ilmu agama ini akan selalu dipikul oleh orang-orang yang terbaik dari setiap generasi. Mereka mengingkari otak-atik yang dilakukan oleh orang-orang yang melampaui batas, kepalsuan yang dibuat oleh para pembela kebatilan dan tafsir asal-asalan yang dilakukan oleh orang-orang yang bodoh.”

Hadits ini derajatnya hasan dan disebutkan oleh Al-Khatib Al-Baghdad dalam buku beliau Syaraf Ashhabul Hadits dari sejumlah sahabat.

Mereka orang-orang yang berlebih-lebihan, pembela kebatilan dan orang-orang bodohlah yang mengibarkan bendera bid’ah dan menebar kesesatan. Mereka sendiri berselisih pendapat dalam memahami Al-Qur’an, menyelisihi ajaran Al-Qur’an dan bersepakat untuk meninggalkan ajaran Al-Qur’an. Mereka berkata-kata tentang Allah dan atas nama Allah serta tentang kitab Allah tanpa ilmu. Mereka berbicara dengan kalimat-kalimat rancu dan mereka menipu manusia yang bodoh dengan kerancuan pemahaman yang mereka sisipkan dalam kata-kata mereka.
Kita berlindung kepada Allah dari penyesatan yang dilakukan oleh orang-orang yang sesat dan menyesatkan.

وصدق النبي صلى الله عليه وسلم إذ يقول  إن الله لا يقبض هذا العلم انتزاعاً ينتزعه من صدور الناس ولكن بقبض العلماء حتى إذا لم يبقِ عالماً اتخذ الناس رؤوساً جهالاً فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا

“Sungguh benar yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan, “Sesungguhnya Allah itu tidak akan mencabut ilmu agama dengan seketika dari dada manusia, namun dengan cara mematikan orang-orang yang berilmu. Sehingga jika Allah tidak lagi menyisakan seorang pun yang berilmu maka manusia mengangkat para pemimpin dalam agama dari kalangan orang-orang yang bodoh. Para pemimpin tersebut mengeluarkan fatwa tanpa ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan orang lain” (HR Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amr)

Di antara yang menyesatkan banyak manusia adalah Yusuf Al-Qardhawi yang memiliki banyak fatwa yang menyelisihi dalil dari Al-Qur’an dan sunah dengan pemahaman salaf. Silih berganti munculnya pendapat-pendapatnya yang lebih mengedepankan akal dan tersebarlah berbagai sikap-sikapnya yang malah menguntungkan musuh-musuh kaum muslimin dan menghilangkan indah dan jernihnya agama ini.

DI ANTARA KESESATAN DR YUSUF AL-QARDHAWI

Pertama: Adalah fatwanya yang memperbolehkan mengucapkan selamat hari raya kepada orang kafir baik Yahudi ataupun Nasrani.

Fatwa tersebut muncul ketika beliau menjawab sebuah pertanyaan sebagai berikut:
ماهي حدود التعامل مع النصارى وما حكم تهنئتهم في أعيادهم ؟

“Apa saja batasan interaksi dengan orang-orang Nasrani dan apa hukum mengucapkan selamat hari raya kepada mereka?.”
Dengan penuh kelancangan beliau memberi jawaban yang bertolak belakang dengan berbagai dalil dari Al-Qur’an dan sunnah, perkataan para ulama salaf dan perkataan para ulama yang demikian banyak dari ahli tafsir, hadits dan fiqh. Sungguh tidak ada rasa malu terhadap Allah dan terhadap manusia.

 (فيقول  ( ولذلك لا مانع من تهنئتهم بأعيادهم ) بل ويستدل على ذلك كذباً وزوراً ( ويراجع فتواه في موقع إسلام أون لاين
Jawaban beliau, “Oleh karena itu tidak mengapa mengucapkan selamat hari raya kepada mereka”. Bahkan lebih parah lagi beliau mencari-cari dalil untuk mendukung pernyataan tersebut dengan kedustaan dan kepalsuan. Fatwa beliau bisa dilihat di situs Islamonline.

Perhatikanlah, kewajiban seorang muslim adalah tunduk terhadap aturan Allah yang telah Allah turunkan kepada makhluknya dan Allah perintahkan makhluk untuk mengamalkannya. Allah tidak menerima agama selain agama tersebut. Itulah agama Islam sebagaimana firman Allah:

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi.” (Qs Ali Imran, 3: 85)

Para ulama Salaf ummat ini berkata:Islam adalah segala yang didakwahkan kepada manusia dan hal tersebut ada dalam Al-Qur’an atau terdapat dalam hadits yang shahih dengan pemahaman salaf shalih sebagaimana firman Allah,
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).” (Qs Al-A’raf 3)

“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, Sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Qs Al-Baqarah 137)

“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (Qs Al-Ma’idah 3)

فلا عقيدة إلا عقيدة الإسلام ولا عبادة إلا عبادة الإسلام ولا منهاج إلا منهاج الإسلام ولا خُلق إلا خُلق الإسلام , فلا يجوز لمسلم بعد ذلك المعارضة بعاطفة أو عقل أو ذوق أو رأي بل الواجب الاستسلام التام كما قال تعالى فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيمًا

Tidak ada akidah yang benar melainkan akidah Islam. Tidak ada ibadah yang benar melainkan ibadah yang diajarkan oleh Islam. Tidak ada jalan hidup yang benar melainkan jalan yang diajarkan oleh Islam. Tidak ada akhlak mulia melainkan akhlak yang diajarkan oleh Islam. Tidak boleh bagi seorang muslim untuk membantah ajaran Islam dengan perasaan, akal pikiran, rasa dan pendapat siapapun. Kewajiban seorang muslim adalah tunduk total kepada ajaran Islam sebagaimana firman Allah yang artinya, “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (Qs An Nisa’ 65)

Janganlah kita meniru orang-orang munafik yang memiliki karakter berpaling dari agama Allah sebagaimana firman Allah:
“Apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (Qs An Nisa’ 61)

Kedua: Menentang syariat dengan akal.
Tidak boleh bagi seorang muslim untuk menentang syariat dengan akal dan pendapatnya karena sikap inilah yang menyebabkan rusaknya agama dan dunia.

قال ابن القيم رحمه الله ( وكل من له مسكة من عقل يعلم أن فساد العالم وخرابه إنما نشأ من تقديم الرأي على الوحي ومن أعظم معصية العقل اعراضه عن كتاب الله ووحيه الذي هدى به رسله والمعارضة بينه وبين كلام غيره فأي فساد أعظم من فساد هذا العقل
(
Ibnul Qayyim mengatakan, “Dan semua orang yang masih memilik sedikit akal sangat sadar bahwa kerusakan dan kehancuran alam semesta itu disebabkan mendahulukan akal pikiran dari pada wahyu. Di antara maksiat terbesar yang dilakukan oleh akal adalah berpalingnya akal dari kitab Allah dan wahyu-Nya padahal wahyu adalah alat yang dipergunakan oleh para rasul untuk membimbing manusia. Demikian pula termasuk maksiat akal adalah mempertentangkan wahyu dengan ucapan manusia. Kerusakan apakah yang lebih parah dibandingkan kerusakan akal semacam ini.”

وعن ابن عباس إنما هو كتاب الله وسنة رسوله فمن قال بعد ذلك برأيه فلا ندري أفي حسناته يجد ذلك ام في سيئاته

Dari Ibnu Abbas, beliau mengatakan, “Dalil dalam agama itu hanya kitab Allah dan sunah Rasul-Nya. Barang siapa yang berkata dengan akal pikiran setelah adanya dalil maka kami tidak tahu apakah hal tersebut akan dia jumpai dalam catatan kebaikannya atau dalam catatan dosanya.”

Di antara orang yang mempertentangkan agama dengan akal adalah Al-Qardhawi dan guru-gurunya yang merupakan rangkaian guru-guru ahli bid’ah dan orang-orang yang mendahulukan akal pikirannya. Sebagian mereka sekedar mengutip pendapat yang lain.
Di antara penyimpangannya adalah sikap berpalingnya dari hadits,

قال النبي: أبي وأبوك في النار(رواه مسلم) قال القرضاوي: بعده في كتابه ” كيف نتعامل مع السنة 97-98″ (ما ذنب عبدالله بن عبد المطلب حتى يكون في النار ) وقال عنده (ما ذنب أبي الرجل السائل والظاهر أن أباه مات قبل الإسلام لهذا …) توقفت في الحديث حتى يظهر لي شيء يشفي الصدر أما شيخنا الشيخ محمد الغزالي فقد رفض الحديث صراحة

“Ayahku dan ayahmu itu di neraka” (HR Muslim dari Anas). Setelah membawakan hadits ini di bukunya “Kaifa Nata-’amal Ma’as-Sunnah” hal 97-98 beliau mengatakan, “Apa dosa Abdullah bin Abdul Muthallib sehingga dia di neraka?”. Beliau juga mengatakan, “Apa dosa yang dimiliki oleh ayah si penanya padahal kemungkinan besar ayahnya itu meninggal sebelum datangnya Islam. Oleh karena itu aku tidak berani mengambil sikap terhadap hadits tersebut sampai kujumpai penjelasan yang memuaskan. Sedangkan guru kami Syaikh Muhammad Al-Ghazali telah menolak hadits tersebut dengan terang-terangan”.

فانظر رحمك الله إلى هذه العقيدة الصوفية والطريقة البدعية فقد جعل العقل هو الأصل فما قبله فهو مقبول وما لم يقبله فهو مردود ولا يخفى على مسلم فساد هذا القول

Perhatikanlah- semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu- akidah Sufi dan cara beragama bid’ah yang ada dalam sikap beliau terhadap hadits ini yaitu menjadikan akal sebagai tolak ukur. Semua yang diterima akal itulah perkataan yang diterima. Sedangkan segala yang ditolak oleh akal maka itulah perkataan yang tertolak. Setiap muslim tentu sadar betapa berbahayanya prinsip beragama semacam ini.
Semoga Allah melimpahkan ridha-Nya kepada Ali yang pernah mengatakan,

عن علي ورضي الله إذ يقول لو كان الدين بالرأي لكان مسح أسفل الخف أولى من أعلاه
“Seandainya dasar dalam beragama adalah akal pikiran tentu lebih layak mengusap bagian bawah sepatu dari pada bagian atasnya”.

Di antara perkataan Al-Qardhawi yang menyimpang adalah fatwa beliau yang menyimpang tentang bolehnya memberikan ucapan selamat hari raya kepada orang kafir. Dengan fatwa ini, beliau tidak ambil pusing dan tidak peduli dengan berbagai dalil yang banyak berupa ayat Al-Qur’an, sunnah, perkataan para ulama salaf dan perkataan para ulama yang sangat banyak baik dari kalangan pakar tafsir, hadits maupun fiqih. Bahkan hal ini telah menjadi ijma ulama yang kita tidak boleh keluar dan menyelisihinya.

Di antara dalil berupa ayat Al-Qur’an yang sebenarnya banyak adalah firman Allah yang    berbunyi:
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan kebatilan dan jika mereka melewati sesuatu yang sia-sia mereka lewat sebagaimana layaknya orang-orang yang mulia.” (Qs Al-Furqan 72)

Ibnu Abbas, Mujahid, Ar-Rabi’ bin Anas, Ikrimah dan Ad-Dhahhak mengatakan bahwa:

قالوا هو  أعياد المشركين
Yang dimaksud dengan “az-zuur” atau kebatilan adalah hari raya orang-orang musyrik.
Keterangan para pakar tafsir di atas diriwayatkan dengan bersanad oleh Al-Khallal dalam kitabnya Al-Jami’. Riwayat-riwayat serupa juga dibawakan oleh Ibnu Jarir dan Al-Qurthubi dalam kitab tafsir keduanya. Demikian pula Abu Syaikh Al-Ashfahani.

Dari Amr bin Murrah tentang makna ayat,
لا يشهدون الزور قال لا يمالئون أهل الشرك على شركهم ولا يخالطونهم

“Mereka itu tidak ikut menyaksikan kebatilan” adalah “Mereka tidak memberi dukungan kepada pelaku kemusyrikan ketika mereka melakukan kemusyrikan dan tidak pula berbaur bersama mereka ketika itu.”
Penjelasan serupa juga disampaikan oleh Atha bin Yasar. Ucapan selamat hari raya itu termasuk dukungan.

Di antara dalil dari sunnah adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan yang lainnya dengan sanad yang berkualitas hasan dari Anas. Anas mengatakan bahwa ketika Rasulullah tiba di kota Madinah penduduk Madinah memiliki dua hari raya yang mereka isi dengan berbagai permainan. Nabi bertanya, “Dua hari apa ini?”. Mereka menjawab, “Kami biasa bermain pada dua hari ini di masa jahiliyah.”

إن الله قد أبدلكم بهما خيراً منهما يوم الأضحى ويوم الفطر

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari tersebut dengan dua hari yang lebih baik yaitu Idul Adha dan Idul Fitri.”
Dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menghapus semua bentuk hari raya selain dua hari raya Islam lalu bagaimana mungkin diperbolehkan mengucapkan selamat hari raya kepada orang kafir berkenaan dengan hari raya mereka yang telah dihapus oleh Islam.

ومن كلام السلف ما سبق من تفسير الآية وفي كتاب عمر إلى أهل الذمة الذي تلقته الأمة بالقبول فهو إجماع المسلمين الأولين والآخرين وهو قول الخليفة الثاني من الخلفاء الراشدين وفيه
Ulama salaf dalam masalah ini adalah para salaf yang menafsirkan ayat di atas. Demikian pula surat Umar untuk para kafir dzimmi yang telah diterima oleh seluruh umat Islam sehingga isi surat Umar tersebut adalah ijma seluruh kaum muslimin baik yang hidup di masa silam ataupun masa sesudahnya. Surat tersebut adalah perkataan khalifah kedua dari empat Khulafaur-Rasyidin. Di antara isi surat tersebut adalah

نهي أهل الذمة عن إظهار شيء من أعيادهم وانظر إلى تعليق وشرح الإمام ابن القيم رحمه الله له في أحكام أهل الذمة
Larangan bagi kafir dzimmi untuk menampakkan syiar hari rayanya. Bacalah penjelasan dan komentar Imam Ibnul Qoyyim untuk surat Umar tersebut di buku beliau, Ahkam Ahli Dzimmah 2/659.
Umar berkata:

( اجتنبوا أعداء الله في عيدهم  (رواه البيهقي باب كراهة الدخول على أهل الذمة في كنائسهم والنيروز :عيد القبط في مصر وهو أول يوم في السنة القبطية ويسمى بيومشم النسيم

“Jauhilah orang-orang kafir saat hari raya mereka” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi di bawah judul bab ‘terlarangnya menemui orang kafir dzimmi di gereja mereka dan larangan menyerupai mereka pada hari Nairuz dan perayaan mereka’ Nairuz adalah hari raya orang-orang qibthi yang tinggal di Mesir. Nairuz adalah tahun baru dalam penanggalan orang-orang qibthi. Hari ini disebut juga Syamm an Nasim)

Jika kita diperintahkan untuk menjauhi hari raya orang kafir dan dilarang mengadakan perayaan hari raya mereka lalu bagaimana mungkin diperbolehkan untuk mengucapkan selamat hari raya kepada mereka.

وأما كلام أهل العلم المتواتر فقد سبق بعض ذلك ونحوه كثير في كتب التفسير والفقه والحديث مما يصعب جمعه خصوصاً في تفسيرهم وشرحهم وتعليقهم على الأدلة الكثيرة في هذا الباب

Sedangkan penjelasan para ulama yang demikian banyak, sebagian perkataan mereka telah dikutip di atas. Perkataan yang senada sangat banyak, terdapat di buku-buku tafsir, fiqh dan hadits sehingga tidaklah mudah mengumpulkannya terutama ketika para ulama menjelaskan, menafsirkan dan memberi komentar terhadap berbagai dalil yang ada dalam masalah ini.
Sebagai penguat tambahan adalah judul bab yang dibuat oleh Al-Khalal dalam kitabnya Al-Jami. Beliau mengatakan, “Bab terlarangnya kaum muslimin untuk keluar rumah pada saat hari raya orang-orang musyrik…”. Setelah penjelasan di atas bagaimana mungkin kita diperbolehkan untuk mengucapkan selamat kepada orang-orang musyrik berkaitan dengan hari raya mereka yang telah dihapus oleh Islam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam bukunya, Al-Iqtidha’ 1/454 menukil adanya kesepakatan para sahabat dan seluruh pakar fikih terhadap persyaratan Umar untuk kafir dzimmi.
“Di antaranya adalah kafir dzimmi baik ahli kitab maupun yang lain

لا يظهرون أعيادهم … فإذا كان المسلمون قد اتفقوا على منعهم من إظهارها فكيف يسوغ للمسلمين فعلها فإن فعل المسلم أشد من فعل الكافر … أهـ
Tidak boleh menampakkan hari raya mereka… Jika kaum muslimin telah bersepakat untuk melarang orang kafir menampakkan hari raya mereka lalu bagaimana mungkin seorang muslim diperbolehkan untuk menyemarakkan hari raya orang kafir. Tentu perbuatan seorang muslim dalam hal ini lebih parah dari pada perbuatan orang kafir…

Sedangkan murid Ibnu Taimiyah yaitu Ibnul Qoyyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah 2/722 ketika membahas hari raya orang-orang musyrik mengatakan,

وكما أنهم لا يجوز لهم إظهاره فلا يجوز للمسلمين ممالاتهم عليه ولا مساعدتهم ولا الحضور معهم بإتفاق أهل العلم الذين هم أهله وقد صرح به الفقهاء من أتباع الأئمة الأربعة في كتبهم

“Sebagaimana mereka tidak diperbolehkan menampakkan (baca: menyemarakkan) hari rayanya maka tidak boleh bagi kaum muslimin untuk menyokong dan membantu mereka, tidak pula menghadiri perayaan hari raya mereka. Ini adalah kesepakatan para ulama yang merekalah pakar dalam masalah ini. Hal ini pun telah ditegaskan oleh para ulama empat mazhab dalam buku-buku mereka.”

Di antara perkataan para ulama dalam masalah ini adalah perkataan penulis kitab Ad-Durr Al-Mukhtar yaitu ‘Ala-uddin Al-Hashkafi 6/754,

“والإعطاء باسم يعظمه المشركون يكفر” ثم ذكر نقلاً عن أبي حفص الكبير في عدم جواز الأخذ والعطاء والإهداء والشراء باسم أيام المشركين فإنه قد يوقع في الكفر بتعظيم هذا العيد” أهـ بمعناه

“Memberi sesuatu dengan atas nama sesuatu yang diagungkan oleh orang-orang musyrik itu merupakan perbuatan kekafiran”. Kemudian beliau menyampaikan perkataan Abu Hafsh Al-Kabir yang “tidak membolehkan mengambil atau memberi suatu barang, demikian pula menghadiahkan atau membeli atas nama hari raya orang musyrik. Seorang muslim yang melakukannya boleh jadi terjerumus dalam kekafiran karena mengagungkan hari raya orang musyrik”.
Dalam kitab Al-Bahr Al-Ra-iq 8/55

أن من أهدى بيضةً في أعياد المشركين تعظيماً للعيد كفر بالله جلَّ وعلا

“Siapa yang menghadiahkan sebutir telur kepada seseorang pada hari raya orang musyrik karena mengagungkan hari raya orang kafir maka dia telah kafir kepada Allah”.

وذكر صاحب عون المعبود (3/341) ” عن القاضي أبي المحاسن الحسن بن منصور
Penulis kitab ‘Aun Al-Ma’bud 3/341 menyebutkan dari “Al-Qadhi Abul Mahasin Al-Hasan bin Manshur Al-Hanafi bahwa
أن من اشترى فيه شيئاً لم يكن يشتريه في غيره أو أهدى فيه هدية فإن أراد بذلك تعظيم اليوم كما يعظمه الكفره فقد كفر وإن أراد بالشراء التنعم والتنزه وفي الإهداء التحاب جرياً على العادة لم يكن كفراً لكنه كان مكروه كراه التشبه بالكفرة فحينئذٍ يحترز عنه

Siapa saja yang pada saat hari raya orang kafir membeli sesuatu yang biasanya tidak dia beli di hari-hari yang lain atau memberikan hadiah pada hari tersebut maka jika maksudnya dengan hal tersebut adalah mengagungkan hari raya orang kafir sebagaimana pengagungan orang-orang kafir maka dia menjadi kafir karenanya. Namun jika maksudnya dengan membeli barang tersebut pada waktu itu adalah ingin mengambil manfaat barang tersebut dan maksud hatinya dengan memberi hadiah adalah mewujudkan rasa cinta sebagaimana biasanya maka tidak kafir akan tetapi terlarang karena menyerupai orang kafir. Karenanya hal ini harus dijauhi.”

ونقل شيخ الإسلام عن عبد الملك بن حبيب أن الإمام مالك رحمه الله كره وحرم الأكل من ذبائح أعياد المشركين من النصارى وغيرهم

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah membawakan perkataan Abdul Malik bin Habib bahwa Imam Malik membenci dan mengharamkan memakan sembelihan dalam rangka hari raya orang musyrik baik Nasrani ataupun yang lainnya.

Ibnu Taimiyah juga mengutip perkataan Ibnul Qosim yang melarang seorang muslim satu kapal dengan orang-orang musyrik yang akan mengantarkan mereka ke tempat perayaan hari raya mereka. Demikian pula seorang muslim dilarang memberikan bantuan apapun untuk kegiatan hari raya orang musyrik. Kata Ibnul Qosim hal ini adalah pendapat Imam Malik. Sekian kutipan dari kitab Al-Iqtidha dengan sedikit peringkasan.

Al-Baihaqi dalam kitabnya As Sunan mengatakan ‘bab terlarangnya menemui orang kafir dzimmi atau yang lain saat hari raya mereka’. Beliau lantas menyebutkan beberapa perkataan ulama salaf yang telah disebutkan di atas.

Al-Hafiz Ibnu Hajar setelah menyebutkan hadits dari Anas di atas tentang mencukupkan diri dengan dua hari raya yaitu Idul Fitri dan Idul Adha dan setelah mengatakan bahwa sanad hadits tersebut berkualitas shahih beliau mengatakan, “Bisa disimpulkan dari hadits tersebut larangan merasa gembira saat hari raya orang musyrik dan larangan menyerupai orang musyrik ketika itu. Bahkan Syeikh Abu Hafsh Al-Kabir Al-Nasafi seorang ulama mazhab Hanafi sampai berlebih-lebihan dalam masalah ini dengan mengatakan, ‘Siapa yang menghadiahkan sebutir telur kepada orang musyrik pada hari itu karena mengagungkan hari tersebut maka dia telah kafir kepada Allah” (Fathul Bari 2/442).

Dalam Faidh Al-Qadir 4/551, setelah Al-Munawi menyebutkan hadits dari Anas kemudian beliau menyebutkan terlarangnya mengagungkan hari raya orang musyrik dan barang siapa yang mengagungkan hari tersebut karena hari itu adalah hari raya orang musyrik maka dia telah kafir.

penjelasan di atas, bagaimana mungkin boleh bagi seorang muslim untuk mengatakan bolehnya mengucapkan selamat hari raya kepada orang-orang kafir terlebih-lebih seorang muslim yang dinilai berilmu semisal Al-Qardhawi. Tidak ada setelah kebenaran melainkan kesesatan.

Waspadalah saudaraku dengan dai jahat yang mendakwahkan kesesatan. Nabi telah mengingatkan kita dengan adanya orang-orang semacam itu di akhir zaman nanti sebagaimana dalam hadits dari Hudzaifah yang terdapat dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim.

Sadarilah bahwa para penyeru kesesatan tentu membawakan berbagai alasan dan mengaburkan permasalahan dengan berbagai kerancuan pemikiran. Oleh karena itu kita diperintahkan untuk menjauhi mereka bukan karena pembela kebenaran tidak mampu memberikan bantahan akan tetapi dalam rangka menjaga keselamatan agama umumnya kaum muslimin. Hati itu lemah sedangkan kerancuan pemahaman itu demikian kuat menyambar.

SECARA UMUM DALAM FATWANYA AL-QARDHAWI MEMBAWAKAN TIGA JENIS ALASAN

Pertama, Dalil-dalil yang bersifat umum dan global padahal tidak boleh beralasan dengan dalil yang bersifat umum dan global ketika ada dalil khusus yang membatasi dalil yang umum dan menjelaskan dalil yang masih global. Itulah dalil-dalil yang telah kita sebutkan di atas berupa dalil Al-Qur’an, sunnah, perkataan salaf dan perkataan para ulama yang demikian banyak baik dari kalangan pakar tafsir, hadits maupun fikih.

Bahkan metode ini adalah metode yang ditempuh oleh ahli bid’ah. Merekalah orang yang suka mempertentangkan dalil-dalil khusus dan tegas dengan dalil-dalil yang bersifat umum dan global sebagaimana yang dikatakan dan diingatkan oleh Imam Ahmad.

“Di antara dalil umum dan global yang beliau gunakan adalah firman Allah, “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Qs Al-Mumtahanah, 60: 8)

Al-Qardhawi menjadikan ucapan selamat hari raya sebagai bagian dari berbuat baik dengan orang kafir padahal Allah berfirman di awal surat yang artinya,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; Padahal Sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu…” (Qs Al-Mumtahanah 1).

Dalam Fathul Qadir 5/207 Al-Syaukani mengatakan, “Ayat ini menunjukkan larangan memberikan loyalitas kepada orang kafir dengan bentuk apapun.”

وقال ابن كثير رحمه الله تعالى ( نهى تبارك وتعالى عباده المؤمنين أن يوالوا الكافرين وأن يتخذوهم أولياء يسرون إليهم بالمودة من دون المؤمنين “آية 28 سورة آل عمران “. فكيف إذا أضيف ما سبقت الإشارة إليه

Ketika menjelaskan Qs Ali Imran: 28, Ibnu Katsir mengatakan, “Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman untuk memberikan loyalitas kepada orang-orang kafir dan menjadikan mereka sebagai teman dekat, tempat menceritakan berbagai rahasia karena mencintai mereka dengan meninggalkan orang-orang yang beriman”. Bagaimana jika kita tambah dengan dalil-dalil di atas.

Kedua, Al-Qardhawi beralasan dengan analog yang lemah dan analog yang bertolak belakang dengan berbagai dalil dari Al-Qur’an, sunnah, perkataan para Salaf dan perkataan para ulama yang demikian banyak baik pakar tafsir, hadits maupun fikih.

Di antaranya beliau menganalogikan ucapan selamat hari raya orang kafir dengan bolehnya menikahi wanita ahli kitab padahal Allah telah berfirman,

“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka…” (Qs Al-Mujadilah 22).

Para ulama telah mengingatkan bahwa rasa cinta itu ada beberapa macam. Yang dimaksud dengan diperbolehkannya menikahi wanita ahli kitab bukanlah karena adanya rasa cinta kepada orang kafir yang mengorbankan hukum-hukum syariat. Bagaimana jika ditambah berbagai dalil tentang tidak bolehnya mengucapkan selamat untuk hari raya orang kafir sebagaimana telah disebutkan di atas.

Analog (Qiyas) itu seperti tayamum, hanya dipakai jika tidak diketahui adanya dalil dalam masalah tersebut. Oleh karena itu Imam Ahmad mengatakan, “Tidak ada analog dalam sunnah dan tidak boleh membuat berbagai permisalan untuk membantah sunnah. Sunnah tidaklah bisa dipahami dengan akal dan hawa nafsu namun hanya bisa dipahami dengan mengikuti sunnah dan meninggalkan hawa nafsu”.

وفي رواية الميموني عن الإمام أحمد رحمه الله  يجتنب المتكلم في الفقه هذين الأصلين المجمل والقياس
Dalam riwayat dari Al-Maimuni, Imam Ahmad mengatakan, “Seorang yang hendak bicara tentang hukum fikih hendaknya menjauhi dua hal ini yaitu dalil global dan analog (Qiyas)”.

Dalam riwayat dari Abu Al-Harits, Imam Ahmad mengatakan, “Apa yang akan kau lakukan dengan akal pikiran dan analog padahal hadits sudah mencukupimu.” (Kutipan-kutipan ini ada di kitab Al-Muswaddah hal 328)

Dalam kitab Shahihnya Al-Bukhari membuat judul ‘Bab Celaan terhadap Akal Pikiran dan Analog yang Dipaksa-paksakan’.
Bukhari lantas membawakan firman Allah,
 
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (Qs Al-Isra, 17: 36)
Al-Bukhari juga menyebutkan hadits dari Abdullah bin ‘Amr tentang matinya para ulama dan munculnya para ulama yang jahat. Semoga Allah lindungi kita dari bahaya mereka.

Demikianlah perkataan para ulama tentang berdalil dengan analog padahal ada dalil yang menyelisihi kesimpulan analog tersebut lalu bagaimana jika analog yang dipakai adalah analog yang paling lemah. Analog yang dipakai oleh Al-Qardhawi itu mirip dengan qiyas syabah (analog karena sekedar ada kemiripan). Qiyas syabah adalah jenis qiyas yang paling lemah karena di sini qiyas yang terjadi adalah qiyas tanpa ‘illah atau dalil ‘illah. Silakan telaah Al-I’lam karya Ibnul Qoyyim 1/148.

Ketiga, terdapat beberapa cara berdalil yang aneh yang keluar dari koridor ilmiah dan tentu sangat jauh dari kaidah syariat. Di antaranya beliau mengatakan, “Ucapan selamat hari raya orang kafir itu mirip dengan firman Allah tentang bukit Shafa dan Al-Marwa…”

Subhanallah, bagaimana beliau berupaya untuk menyerupakan dua hal yang tidak mungkin serupa dalam rangka untuk memperbanyak kerancuan pemahaman, merespons hawa nafsu dan agar seiring dengan realita. Jika bukan karena motivasi tersebut lalu apa hubungan antara pernyataannya di atas dengan ucapan selamat hari raya orang kafir. Perkataan seorang yang tulus, menyambut seruan Allah dan seorang yang memiliki kecemburuan dengan agamanya berikut ini.
Ibnu Qayyim mengatakan:

 ( معلوم أن التقاة ليست بموالاة ولكن لما نهاهم عن موالاة الكفار اقتضى ذلك معاداتهم والبراء منهم ومهاجرتهم بالعدوان في كل حال إلا إذا خافوا من شرهم فأباح لهم التقية وليست التقية موالاة لهم ) “بدائع الفوائد 3/69″ فكيف بعد هذا يستدل بهذه الاستدلالات العجيبة بما ينافي العقل والدين , لهم الله هؤلاء المتلاعبون بدين الله

Ibnul Qoyyim mengatakan, “Taqiyah dengan orang kafir itu tidak termasuk loyal dengan orang kafir. Akan tetapi ketika Allah melarang memberikan loyalitas dengan orang kafir maka konsekuensinya adalah memusuhi dan berlepas tangan dari orang kafir serta meninggalkan mereka karena semangat permusuhan dalam setiap keadaan kecuali jika khawatir dengan gangguan orang kafir maka Allah bolehkan taqiyah kepada orang kafir pada saat itu. Taqiyah itu bukanlah loyal dengan orang kafir” (Badai Al-Fawaid 3/69).

Setelah penjelasan di atas sebagaimana mungkin orang-orang yang mempermainkan agama Allah masih saja nekad menggunakan cara-cara berdalil yang aneh tersebut…..? [voa-islam.com]

Keluarga Gus Dur yang Ikut Kebaktian Natal

Nasihat Kepada Keluarga Gus Dur yang Ikut Kebaktian Natal

Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kita kepada keimanan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para shabatnya.

Mayoritas kaum muslimin pastinya hafal surat Al-Ikhlas. Sangat pendek suratnya dan sedikit ayatnya. Namun memiliki keutamaan yang luar biasa. Yaitu menyamai sepertiga Al-Qur'an sebagaimana yang tercantum dalam Shahihain. Maksudnya, pahala membaca surat al-Ikhlas adalah seperti membaca sepertiga Al-Qur'an.

Kenapa demikian? Karena Al-Qur'an berisi tiga bagian: Sepertiganya membicarakan hukum, sepertiga kedua tentang janji dan ancaman, dan sepertiga terakhir menjelaskan tentang nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya. Sementara surat Al-Ikhlas mengumpulkan bagian seperti terahir. (Lihat: Majmu' al-Fatawa, Ibnu Taimiyah: 17/103)

Surat al-Ikhlas juga menjadi bagian Al-Qur'an yang rutin dizikirkan sesudah shalat. Bahkan sesudah shalat Shubuh dan Maghrib dibaca tiga kali. Karena inilah wajar sekali kalau setiap muslim menghafalnya. Bahkan tidak sedikit murid-murid TK yang sudah menghafalnya.

Surat Al-Ikhlas mengandung prinsip-prinsip pokok dalam akidah Islam. Di mana setiap muslim wajib meyakininya, dan tak boleh ia jahil terhadapnya. Yaitu, bahwa Allah adalah Tuhan yang Esa. Tidak ada Tuhan yang sesungguhnya (haq) kecuali hanya Dia semata. Dia tidak beranak dan Tidak diperanakkan. Dan tak ada seorangpun yang sebanding/setara dengan Dia.

Siapapun yang tidak memiliki keyakinan semacam ini, atau ragu dengannya maka dia keluar dari Islam (menjadi kafir). Seperti orang yang meyakini bahwa Nabi Isa (Jesus,-dalam Istilah Kristen) adalah anak Allah, satu dari tiga oknum tuhan, atau Allah itu sendiri.
Allah Ta'ala berfirman,

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun." (QS. Al-Maidah: 72)

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga"." (QS. Al-Maidah: 73)

Al-Qur'an menyebutkan tentang dialog antara Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Nabi Isa 'Alaihis Salam tentang pengklaiman umatnya, ia sebagai anak Allah.

"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?" Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.  Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)-nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu." (QS. Al-Maidah: 116-117)

Allah sangat murka dengan tuduhan bahwa ia menjadikan anak untuk-Nya. Bahkan langitpun hampir pecah, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh karena ucapan yang munkar ini.

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الأرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا

"Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak". Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh. Karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba." (QS. Maryam: 88-95)

Karenanya seorang muslim wajib memiliki sikap tegas dan jelas kepada mereka yang menuduh Allah punya anak. Ia berbara' (berlepas diri) dari mereka atas keyakinan batil ini. Karena keyakinan ini sangat-sangat menyakiti Allah Ta'ala dan membuat Dia murka. Disebutkan dalam sebuah hadits Shahih, "Tak seorangpun yang lebih sabar daripada Allah saat mendengar sesuatu yang menyakitinya. Mereka membuat anak untuk Allah, padahal Allah-lah yang memberi mereka rizki dan kesehatan kepada mereka." (HR. al-Bukhari)

Dalam riwayat al-Bukhari lainnya, Allah menyebut tindakan mengklaim Allah punya anak sebagai tindakan mencela Allah. Karena, jika Allah memiliki anak berarti Allah butuh kepada selain-Nya dan pastinya ada Tuhan selain Diri-Nya karena seorang anak itu pasti mewarisi sifat dari orang tuanya.

Sikap tegas ini telah Allah perintahkan kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan umatnya, yaitu agar mengajak mereka keluar dari keyakinan batil ini, lalu menuhankan Allah semata.

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

"Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)"." (QS. Ali Imran: 64)

Namun sayang, prinsip ini tidak dipahami oleh keluarga besar mendiang mantan Presiden Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Inayah Wahid dan Lily Wahid (Putri Gus Dur dan bibinya) TERLALU BODOH atau PURA-PURA BODOH atau SENGAJA MEMBODOHI DIRINYA SENDIRI dalam memahami persoalan prinsip dalam agama Islam ini. Bukannya melarang umat Kristen berlaku kurang ajar kepada Allah dan mendakwahi mereka untuk insaf dari kesesatannya, eh malah keduanya ikut-ikutan merayakan hari raya batil mereka.

Pada Ahad kemarin (25/12/2011), bertempat di Perumahan Taman Yasmin, Kota Bogor, Saat jemaat GKI Yasmin mengkoar-koarkan tuduhan Allah punya anak dan sedang memperingati hari lahirnya anak Allah, Inayah Wahid dan Lily Wahid ikut duduk di tengah-tengah yang mayoritas mengenakan kemeja putih dengan penjagaan ketat anggota Barisan Ansor Serba Guna (Banser). Keduanya memberikan dukungan kepada kaum kafirin atas kekufuran, celaan dan kejahatan terhadap Allah Ta'ala. "Selamat Natal dan Tahun Baru," ucap Lily Wahid dan Inayah Wahid saat berbicara kepada jemaat.

Hukum Ikut Merayakan Natalan

Sesungguhnya apa yang dilakukan Lily Wahid dan Inayah Wahid, yakni ikut serta merayakan hari raya orang kafir termasuk bentuk loyalitas yang diharamkan Islam. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim." (QS. Al Maidah: 51)

Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, dia berkata: Abdullah bin 'Utbah berkata, "Hendaknya salah seorang mereka berhati-hati agar tidak menjadi Yahudi dan Nashrani tanpa disadarinya, berdasarkan ayat ini." (Lihat dalam Tafsir Ibnu Katsir)

Mendengarkan nyanyian kufur orang Kristen yang memuji dan mengangungkan "Anak Allah" pada peringatan hari lahirnya dan mengikuti pesta-pesta perayaan keyakinan batil dan rusak semacam di atas adalah tanda kenifakan. Allah berfirman:

بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آَيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا

"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (Yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam." (QS. Al Nisa': 138-140)

Dalam tiga ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang duduk-duduk di majelis yang di dalamnya terdapat penghinaan dan pengingkaran terhadap ayat-ayat Allah. Dan di antara bentuk kekufuran yang paling besar adalah ucapan orang Kristen bahwa Allah punya anak, dia mati, Dia satu dari tiga (trinitas), Maha suci dan Mahatinggi Allah dari apa yang mereka tuduhkan kepada-Nya.

Kemudian Allah mengabarkan bahwa orang yang mendengarkan celotehan dari keyakinan-keyakinan batil ini, dia seperti mereka dan dihukumi sebagai munafik dan kelak akan dihimpun pada hari kiamat bersama mereka, Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam." (QS. Al Nisa': 138-140), kita berlindung kepada Allah dari kehinaan ini.

Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang yang menolong pelaku kebatilan dalam melakukan aksinya. Dan kebatilan terbesar adalah kufur kepada Allah dan menuduh Allah punya anak, Dia mati lalu hidup kembali. Keyakinan-keyakinan ini adalah perkara yang sangat buruk dan jahat yang membuat kulit dan bulu setiap mukmin bergidik, bahkan benda-benda matipun tak terima dengan tuduhan tersebut.

"Dan mereka berkata: 'Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak'. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba." (QS. Maryam: 88-93)

Langit dan bumi kaget dengan ucapan tersebut, bagaimana mungkin seorang muslim yang mentauhidkan Allah bisa ikut serta, mendukung, dan bergembira dengan perayaan-perayaan hari raya tersebut yang jelas-jelas menghina Allah dengan terang-terangan. Keyakinan ini membatalkan peribadatan kepada Allah, karena inilah Allah Ta'ala menyifati Ibadurrahman bersih dari semua itu:

وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ
"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu. . ." (QS. Al Furqaan: 72)
Makna al Zuur, adalah hari raya dan hari besar kaum musyrikin sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas, Abul 'Aliyah, Ibnu sirin, dan ulama lainnya dari kalangan sahabat dan tabi'in.

Sesungguhnya seorang muslim berada di atas kebenaran, yang lebih pas ia menyeru umat Kristen kepada kebenaran yang diyakininya. Jika tidak mampu berdakwah maka janganlah ikut serta dalam kebatilan mereka, dan itu selemah-lemahnya iman. Sedangkan ikut serta merayakan ibadah besar mereka itu menyebabkan batalnya iman. Oleh karenanya, kepada Lily Wahid dan Inayah Wahid kami ingatkan berhati-hatilah dalam persoalan akidah, jangan gegabah dan latah. Sesungguhnya tindakan Anda berdua termasuk pembatal keislaman. Maka bersegeralah bertaubat dan perbaiki pemahaman akidah Anda. Jangan karena mencari simpati dari manusia lalu Anda berdua korbankan keyakinan.  Perhatikanlah sabda nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam Shahih Muslim,

يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
". . dipagi hari seseorang masih mukmin lalu pada sore harinya sudah kafir, atau di sore hari masih mukmin lalu pada pagi harinya sudah kafir, (hal itu disebabkan) karena ia menjual agamanya dengan sedikit dunia." Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]

Minggu, 25 Desember 2011

Yahudi Radikal Ancaman Bagi Perdamaian Palestina-Israel




 
YERUSALEM
 PM Israel, Benjamin Netanyahu, berikrar kembali untuk melindungi properti milik warga Israel dan Palestina dari serangan Yahudi radikal, karena tindakan pemerintah merobohkan rumah mereka tidak diterima oleh publik.
Pemerintah tidak akan mengizinkan serangan dilakukan terhadap tentara, polisi, penduduk Arab, Yahudi dan masjid, kata Netanyahu kepada tentara dalam upacara pembakaran lilin tanda dimulainya sambutan delapan hari  Hannukah atau Pesta Cahaya di Tepi Barat. Ia mengatakan hal ini di markas militer Ephraim di utara Tepi Barat.
Minggu lalu, 50 ekstremis Yahudi memecahkan dan merusakan harta benda masyarakat dan menyerang pejabat senior Pemerintah Israel.
Bahkan, seorang dari mereka membuka pintu jip yang membawa Panglima Tentara Brigade Wilayah Efraim, yang dilaporkan cedera akibat terkena batu di kepalanya.
Kejadian tersebut merusak demokrasi Israel yang berbasis patuh kepada hukum dan menjunjung tinggi reputasi militer, kata pejabat yang mengutip ucapan Netanyahu.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak juga berbicara dalam acara sama, berpendapat 99 persen pendatang Yahudi taat pada hukum dan mereka harus lindungi dari kelompok itu serta penduduk Palestina yang berada di bawah kekuasaan mereka.
Barak juga berkata kepada wartawan, ia menganggap invasi di markas militer Ephraim sebagai kekerasan, justru ia tanggung jawab untuk menghentikan serangan seperti itu.
Senin lalu, sekelompok penyerang Yahudi menulis grafiti anti Islam dan pesan pro pendatang Yahudi di sebuah masjid Tepi Barat.
Kelompok ekstremis yang sama dituduh bertanggung jawab dalam serangan itu, yang ketujuh dalam seminggu.
Kemarin (21/12), Kabinet Palestina mengutuk sikap pemerintah Israel yang hanya diam mengenai serangan tersebut dan mendesak masyarakat internasional supaya mendesak negara Yahudi itu mengakhiri kekerasan selanjutnya.
Yahudi ultra nasionalis melawan rencana pemerintah Israel untuk merobohkan rumah pemukiman Yahudi yang tidak resmi. Mereka melawan pemerintah Israel dengan cara merusak dan menyerang properti penduduk Palestina, menerobos markas tentara, rumah dan kantor pemimpin pemerintah.
Perbuatan mereka di Tepi Barat itu adalah kejadian ketiga yang melibatkan sebuah masjid sejak Rabu(14/12) minggu lalu yang terjadi ketika tentara Israel merobohkan pemukiman milik Yahudi di Mitzpe Yitzhar.
Minggu lalu, Netanyahu memerintahkan tindakan lebih tegas terhadap perusuh Yahudi setelah kekerasan meningkat di Israel disebabkan pendatang ekstrimis Yahudi, khususnya terhadap markas militer, di Ephraim.(cyber Sabili/AFP/BH/Inas)

Jumat, 23 Desember 2011

22 Merek Kopi Berbahan Kimia Berbahaya

Inilah 22 Merek Kopi Berbahan Kimia Berbahaya yang Wajib Diwaspadai

JAKARTA (voa-islam.com) – Bagi para kopimania, kopi merupakan minuman penting dalam segala aktivitas. Tanpa kopi, maka sarapan pagi, saat kerja, saat online, ngeblog, maupun acara resmi seperti seminar, lokakarya, rapat, dll rasanya kurang afdhal. Sehinga ada istilah baku coffee break.

Tetapi, para kopinamia harus meningkatkan kehati-hatian dalam memilih kopi, baik kopi biasa maupun kopi herbal. Karena Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyita sekira 22 produk kopi dalam kemasan yang disinyalir mengandung Bahan Kimia Obat (BKO). Berikut nama-nama kopi yang dilarang beredar di pasaran karena berbahaya bagi kesehatan:

1. 39 Sa Kao 3 in 1 Kopi Mix Plus Ekstra Jahe.
2. 39 Sa Kao Kopi Mix Ginseng Korea 3 in 1.
3. Bel-Bel Kopi Susu Extra produksi PT Mandala Cahaya Sentosa.
4. Black Borneo Platinum Coffee produksi PT Victoabel Food Industry.
5. Dream Coffee produksi PT Mandala Cahaya Sentosa, Sidoarjo dan PT International Green Natural.
6. Dynamic Coffee/Dynamic Coffee Nusantara/Dynamic Tribulus Coffee produksi PT Daya Dinamika Nusantara dan PT Aimfood Indonesia.
7. Golden Life.
8. Good Coffee Premium/Good Coffee produksi PT Putra Gudti Indonesia dan CV Bin Halim.
9. Herba Max Coffee distributor PT Solusky.
10. Jahe Mix Barokah SP.
11. Jamoon Isntan Coffee produksi PT Green Nirmala, Sidoarjo.
12. Joss-Fly Coffee Plus Panax Ginseng produksi PT Mandala Cahaya Sentosa.
13. Kopi Cleng Sehat, Nikmat, Berstamina produksi CV Jamu Moro Sehat, Banjarnegara.
14. Kopi KPH/Kopi Kuat.
15. Kopi Mahabbah produksi PT Mandala dan Mahabbah Group.
16. Kopi Pasutri produksi Al-Jazira Herbal, Bekasi.
17. Kopi Strong 234 produksi PT Hamiegi, Bandung.
18. Maca-Tekh produksi PT Wootekh, Jakarta.
19. Matador Coffee.
20. Mawaddah Coffee.
21. On Coffee.
22. Premium Energy Coffee.

Mengingat  bahaya bahan kimia pada merk kopi tersebut, kepada masyarakat diminta untuk tidak membeli dan mengkonsumsi produk kopi di atas. Bila menemukan produksi dan atau peredaran kopi mengandung BKO tersebut agar melaporkan kepada unit pengaduan konsumen BPOM nomor telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau email ke ulpk@pom.go.id atau melalui layanan informasi konsumen di balai besar atau balai POM di seluruh Indonesia.

Namanya Dicatut, Arifin Ilham Minta Buku Hujat Wahabi Ditarik dari Peredaran


JAKARTA (voa-islam.com) – Waspadai tiga buku pemecah-belah umat yang membenturkan umat Islam dengan warga Nahdiyin. Tiga buku berjudul heboh yang ditulis oleh orang yang memakai nama Syaikh Idahram (nama alias?) itu berjudul: “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi,” “Ulama Sejagat Menggugat Salafi Wahabi,” dan “Mereka Memalsukan Kitab-Kitab Karya Ulama Klasik: Episode Kebohongan Publik Sekte Salafi Wahabi.”

Semua buku Idahram terlihat agak gagah dengan kata pengantar Ketua Umum PBNU, Prof DR KH Said Agil Siraj MA.

Sosok Syaikh Idahram masih misterius, sehingga voa-islam.com kesulitan mengklarifikasi semua buku itu kepada penulisnya. Saat voa-islam menanyakan sosok Syaikh Idahram kepada Said Agil Siraj, ia memilih menyembunyikannya dari peredaran. Kiai Kiyai yang dalam buku Kristen terang-terangan menyatakan Tauhid Islam sama dengan Trinitas Kristen itu hanya menjawab singkat dengan jaminan bahwa penulisnya adalah anak asuhnya. “Yang jelas, dia adalah bimbingan saya. Sayalah yang membimbing penulis buku itu,” kata Said Agil kepada voa-islam.com dalam acara Wokshop Deradikalisasi Agama Berbasis Kyai/Nyai dan Pesantren yang digelar oleh Muslimat NU di Park Hotel, Jakarta, Sabtu (3/12/2011).

 
Tiga buku yang isinya tak seheboh judulnya ini kelihatan lebih mentereng karena pada sampul belakang (back cover) dicantumkan kalimat endorsement dai kondang KH Muhammad Aririn Ilham. Tak tanggung-tanggung, disebutkan bahwa dai nasional ini mengimbau agar buku-buku Idahram itu dimiliki oleh setiap umat Islam, dengan kalimat tegas sebagai berikut:

“Saya rasa, rumah-rumah setiap muslim perlu dihiasi dengan buku penting seperti ini, agar anak-anak mereka juga turut membacanya, untuk membentengi mereka dengan pemahaman yang lurus. Islam adalah agama yang lembut, santun dan penuh kasih sayang.”
Ternyata, kalimat endorsement ini bohong belaka.

 
Ditemui voa-islam.com di kawasan Bekasi, Arifin Ilham menegaskan bahwa dirinya tidak tahu-menahu dengan buku-buku Syaikh Idahram yang berpotensi memecah-belah umat itu. “Saya no comment soal buku itu,” ujarnya usai memberikan Tausiah dan Zikir dalam rangka Menyambut Tahun Baru Hijriyah 1433 di Masjid At-Taubah Perum Margahayu Jaya Blok C RW  16 Bekasi, Ahad siang (11/12/2011).

Saat ditanya apakah dirinya benar menulis kalimat endorsement itu, Arifin Ilham menegaskan bahwa dirinya tidak tahu-menahu dengan buku itu. “Afwan akhi, saya no comment. Saya cinta umat, saya tidak mau statemen saya menimbulkan fitnah dan memicu perpecahan umat,” tegas Pimpinan Majelis Dzikir Az-Zikra itu.
Saat ditanya apakah dirinya sudah membaca buku-buku Idahram yang menghujat Salafi Wahabi itu, Arifin Ilham menandaskan bahwa dirinya tidak tahu-menahu karena sampai saat ini belum membaca buku itu. Arifin Ilham juga sangat kecewa dengan buku itu, karena bisa memecah-belah umat. “Saya belum baca buku itu. Saya sangat kecewa dengan buku itu,” jelas dai nasional yang pernah nyantri di Pesantren Darunnajah dan Pesantren As-Syafi'iyah Jakarta itu.

 
Saat ditanya apa solusinya agar umat tidak terkotak-kotak dan terpecah-belah, Arifin Ilham minta agar buku itu ditarik dari peredaran. “Cabut buku itu dari peredaran!” ujarnya sambil berpamitan dan berlalu menuju mobil untuk meneruskan dakwah di tempat lain.

Soal bobot ilmiah buku-buku Syaikh Idahram masih harus diuji. Tapi soal kalimat endorsement yang mencatut nama Ustadz, jelas kebohongan publik yang  mencederai dunia ilmu dan tidak bisa dibenarkan oleh siapapun. [bornaskopen]

Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono Psikolog UI Itu Akhirnya Mengakui Dirinya Tidak Paham Islam


Jakarta (voa-islam) – Psikolog Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono dalam sebuah diskusi yang digelar BNPT, saat peluncuran buku Mereka Bukan Thagut di Hotel Sahid, Jakarta, beberapa waktu lalu (17/12), akhirnya mengakui kelemahan dirinya yang tidak memahami Islam secara utuh.
Seperti diketahui, Sarlito Wirawan ikut melibatkan diri dalam membina narapidana kasus terorisme. Beberapa pondok pesantren juga ikut melibatkan diri, bekerjasama dengan para psikolog untuk “meluruskan” kembali pemahaman soal Jihad. Bahkan, Sarlito kerap melempar stigma-stigma buruk terhadap identitas Islam, mulai dari sikap paranoidnya terhadap ikhwan muslim berjenggot, celana ngatung, hingga pemahaman soal jihad.
Akibat analisisnya yang ngawur membahas isu deradikalisme dan terorisme, Sarlito mendapat banyak kritik dari kalangan aktivis Islam, tak terkecuali para pengamat teroris dan civitas akademik UI itu sendiri. Untungnya, ia sudah menyadari, bahwa wawasannya soal keislaman dan peta pergerakan Islam masih sangat dangkal, dan perlu banyak mengaji dan mengkaji lebih dalam.

Ketika mendengar pembahasan soal thagut, Sarlito yang sering bicara soal deradikalisme dan terorisme itu, mengaku mendapat pencerahan dan wawasan baru soal keislaman. “Saya ini awam kalau soal Islam begini, minggu lalu saya menulis di Koran Seputar Indonesia (Sindo) tentang  thagut. Saya kira tulisannya thogut, ternyata thagut. Tapi yang jelas, saya mengerti hal-hal ini, seperti thagut dan jihadis justru dari kalangan ikhwan, termasuk dari Ustadz Abu Rusdan,” ujarnya tersenyum.

Bukan Monopoli Ikhwan

Sarlito tak memungkiri, akan selalu ada pihak-pihak atau kelompok yang tidak puas dengan pemerintah. Sebagai contoh, seorang mahasiswa Universitas Bung Karno (UBK) bernama Sondang Hutagalung yang membakar dirinya di depan Istana Negara beberapa waktu lalu, adalah ekspresi kekecewaan masyarakat yang kecewa dengan pemerintah saat ini.

Di Papua, masyarakat bergejolak menuntut keadilan. Di Lampung, kelompok masyarakat menggugat pemerintah atas kebiadaban aparat yang membantai warga Mesuji, terkait konflik lahan perkebunan yang dikuasai pihak perusahaan.

“Jadi, kekecewaan itu bukan hanya monopoli para ikhwan saja, yang sampai menyebut pemerintah itu thagut. Yang pasti, saya belum melihat ikhwan membakar diri seperti Sondang. Tapi kalau bom bunuh diri sudah. Itu semua adalah cerminan dari ekspresi masyarakat yang tidak puas,”tukas Sarlito.

Sarlito mengajak rakyat Indonesia untuk bersama-sama menggalang pesan damai dan hentikan segala bentuk kekerasan. Ia yakin, dengan pintu dialog, meskti tidak ada kesepakatan, suatu saat nanti akan bertemu juga. “Bicara soal Pemanasan Global saja baru terjadi kesepakatan setelah melalui beberapa generasi. Tapi saya hanya mendambakan Indonesia yang damai dan bersatu. Itu saja,” harapnya tulus.

Jika ada kelompok yang mengatakan, NKRI harga mati, maka kelompok Islam juga akan mengatakan, Islam harga mati. Setidaknya, perang kata ini tidak boleh ada darah yang tumpah sesama anak bangsa.