Jumat, 13 Juli 2012

Dramastis Pilkada Jakarta


Wakil Ketua MPR, Hajriyanto Y Thohari

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua DPP Partai Golkar Hajriyanto Y Thohari menilai hasil Pilkada DKI Jakarta 2012 tidak perlu didramatisasi sebagai indikasi kekalahan Partai Golkar secara nasional. Pasalnya, kata dia, pengalaman sebelum maupun pasca-Reformasi, Partai Golkar memang sulit memenangkan pilkada di Jakarta.
"Dari dulu DKI Jakarta itu memang bukan lumbung suara Golkar," kata Hajriyanto ketika dihubungi, Kamis (12/7/2012).
Seperti diketahui, hasil hitung cepat beberapa lembaga menunjukkan, pasangan yang diusung Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Damai Sejahtera, yakni Alex Nurdin-Nono Sampono, hanya berada di urutan kelima dari enam pasangan.
Hasil prediksi hitung cepat Kompas menunjukkan, pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama mendapat 42,6 persen suara. Posisi kedua ditempati Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli yang meraih suara 34,4 persen. Disusul Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini 11,4 persen, Faisal Basri- Biem Benjamin 5,07 persen, Alex-Nono 4,74 persen, dan Hendardji Soepandji-A Riza Patria 1,88 persen.
Hajriyanto mengatakan, Jakarta memang menjadi medan yang berat buat Golkar. Bahkan, kata dia, ketika Golkar sedang kuat-kuatnya di masa kepemimpinan Soeharto, Golkar kalah di Jakarta. Hal itu terjadi lantaran Jakarta memiliki karakter yang unik, berbeda dengan daerah lain.
"Pemilih Jakarta itu sangat rasional, situasional, dan likuid sekali. Tidak ada pemilih tradisional yang fanatik di DKI ini. Maka, parpol-parpol harus benar-benar bermain cerdas di kota ini. Tidak bisa asal pukul begitu saja. Harus benar-benar cerdik dan piawai mengatur taktik dan strategi," kata Wakil Ketua MPR itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar