Jumat, 14 Oktober 2011

Mau Jumatan Dipecat

Hanya Karena Sholat Jumat Berbuah Pecat


Seorang dokter Muslim yang dikeluarkan dari pekerjaannya mengklaim bahwa ia didiskriminasikan atas dasar keagamaan karena ia ingin menghadiri Masjid untuk melaksanakan sholat setiap Jum’at, sebuah pengadilan dengar pendapat hari ini.

Dokter Musarrat Syed-Shah, 31 tahun, menduga keras diskriminasi agama dan korban di balik empat rekan kerjanya dari Praktik Medis Nort Leeds (North Leeds Medical Practice) setelah kemintraannya dihentikan pada 8 Agustus tahun lalu.

Pegawai pengadilan di Leeds mendengar bahwa Dr. Syed-Shah mengklaim dokter-dokter yang lain “tidak senang” tentang kehadirannya pada sholat mingguan tersebut.

Michael McDonough, untuk Dr. Syed-Shah, mengatakan pada pengadilan: “Mereka tidak merasa senang dengan ia menghadiri masjid untuk sholat Jum’at dan mereka menerapkan kondisi kepadanya yang tidak diterapkan kepada orang lain dengan mengatakan bahwa mereka tidak diijinkan untuk meninggalkan operasi diantara sesi.”

McDonough melanjutkan: “Melanjutkan pemberitahuan dari penghentian pada 8 Agustus, ia dengan tegas dilarang untuk pergi ke Masjid dari 8 Agustus sampai akhir dari kontraknya.”

Dr. Syed-Shah juga mengklaim bahwa ia dikorbankan setelah menolak untuk bertemu kedua pasiennya sendiri dan pasien tenaga medis lainnya ketika menggantikan untuk operasi dokter tersebut.

McDonough mengatakan bahwa jumlah pasien yang dimaksud Dr. Syed-Shah akan harus mengunjungi satu orang setiap lima menit, yang ia tolak melakukannya.

“Ia diminta untuk menggantikan operasi dokter yang lain, yang akan akan melibatkan pelipatgandaan jumlah pasiennya,” ia mengatakan.

Pengacaranya menambahkan bahwa Dr. Syed Shah juga telah menderita ciderea kejang yang berulang-ulang, yang ia yakini merupakan sebuah hasil dari menangani sesi empat jam konsultasi telepon dengan pasien.
Ia mengklaim keluhan tentang masalah kesehatan tersebut yang juga menuntun kepada pengorbanannya pada praktik tersebut.

Dr. Syed-Shah menggambarkan dirinya sendiri dalam buktinya sebagai seorang Muslim “beriman” yang pernah berhaji ke Mekkah sebelum mengambil jabatan pada praktik tersebut dan sholat lima kali dalam sehari.

Ia mengatakan bahwa ia telah menghadiri masjid pada hari jum’at selama kehidupan dewasanya. Atas pemberian pekerjaan tersebut, Dr. Syed-Shah mengatakan bahwa ia meminta hari libur pada hari Jum’at tetapi dikatakan bahwa libur tersebut tidak mudah.

Bagaimanapun juga, ia percaya bahwa sesinya dapat diatur untuk memberikan waktu diantara mengunjungi Masjid untuk sholat Jum’at, dan mengataka praktik manajer, Sharon James, dan satu mitra yang lain, Dr. Manjit Purewwal, menyetujui akan tdiak terdapat masalah dengan hal ini.

Ketika Dr. Purewal kemudian menyuruhnya untuk mengambil giliran ekstra pada hari Jum’at, yang artinya, ia
harus bekerja untuk lebih dari sembilan jam tanpa istirahat dan melewatkan sembahyang, ia menolaknya dan dituduh untuk tidak memaksakan dirinya.

Dr. Syed-Shah mengatakan: “Saya merasakan bahwa hal ini merupakan sebuah serangan pada saya oleh Dr. Purewal. Ia mengatahui bahwa saya tidak dapat mengambil operasi ekstra pada hari itu.”

Pada sebuah pertemuan dari para rekan pada 4 Agustus, satu rekan, Dr. arcus Julier, mengatakan bahwa ia tidak mengetahui bahwa sembahyang adalah kejadian mingguan dan menambahkan: “Tidak ada seorang pun yang seharusnya memiliki komitmen yang lebih penting dari operasi tersebut di hari apa pun dimana mereka bekerja pada praktik ini.”

Dr. Syed-Shah mengatakan bahwa ia dijelaskan oleh seorang rekan, Dr. Elizabeth Martin bahwa ia akan “keluar dari pekerjaan” jika ia etap melanjutkan pergi ke Sholat Jum’at.

Ia mengatakan: “Saya merasa diganggu dan dikorbankan. Terlihat jelas bagi saya bahwa mereka kecewa tentang saya menghadiri masjid pada Jum’at.”

Menggambarkan kejadian ketika ia menolak untuk menangani pasien dari tenaga medis lainnya begitu juga dengan pasiennya sendiri, Dr. Syed-Shah mengatakan dalam buktinya bahwa ia tidak menganggapnya menjadi “secara klinis aman” untuk melihat seorang pasien setiap lima menit sekali.

Tetapi ia mengatakan bahwa rekan-rekan yang lain mengatakan kepadanya bahwa ia seharusnya menggandakan dan menemui semua pasien.

Dokter sersebut mengatakan ia juga secara menjadi sering khawatir tentang kesehatannya setelah dua diantara jari-jarinya membengkak dan tangannya dan lengannya menjadi sangat sakit mengikuti empat jam sesi teleponnya , yang melihat ia secara terus-menerus meggunakan sebuah komputer dan telepon.

Dr. Syed-Shah mengatakan bahwa kendati pun mengulang keluhan kepada rekan yang lain tentang masalah kesehatnnya, tidak ada seorang pun yang menyarankan bahwa ia seharusnya dibebaskan dari sesi tersebut dan “cukup mengabaikan kewajiban-kewajibannya untuk menjaga kesehatan saya.”

Ia pada akhirnya didiagnosa dengan tenosynovitis dan dijelaskan untuk menghentikan mengetik dan mengistirahatkan tangannya.

Dr. Syed-Shah diberikan satu bulan peringatan pada 8 Agustus dalam sebuah surat yang mengatakan bahwa alasan untuk penghentian tersebut bahwa “pengaturan tersebut disayangkan… tidak berhasil”.

Ia mengatakan permintaan yang berulang-ulang diberikan alasan-alasan untuk penghentiannya diabaikan.
Dr. Syed-Shah mengatakan: “Saya percaya alasan-alasan untuk pemecatan saya adalah karena saya berharap saya dapat menghadiri Masjid untuk sembahyang pada hari Jum’at, karena saya mengajukan masalah kesehatan saya dan keamanan saya, dan karena saya telah mengeluh tentang pelipatgandaan pada pertemuan pasien dan menolak untuk melakukan hal yang sama.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar